Kamis, 25 Februari 2010
Ilmuwan Temukan Buaya Aneh Bertanduk Mengerikan !
ILMUWAN menemukan fosil buaya kuno. Binatang yang memiliki tanduk itu menjadi predator terbesar dan memangsa nenek moyang manusia di Afrika di zamannya. Ilmuwan menemukan tulang anggota keluarga moyang manusia yang menggunakan gigi buaya itu sebagai senjata, yang memiliki nama ilmiah Crocodylus anthropophagus yang berarti buaya pemakan manusia.
Predator itu hidup 1 ,84 juta tahun lalu memiliki moncong yang terlihat lebih tegap daripada buaya modern. Buaya kuno tersebut juga punya tanduk segitiga yang terkenal. “Mereka memiliki penglihatan dari samping proyeksi di belakang mata,” ujar Christopher Brochu, seorang paleontologis vertebrata dari Universitas Iowa. “Jika dilihat dari depan, maka akan tampak seperti gundukan proyektil menghadap ke atas.” Spesies lainnya dari jenis buaya yang memiliki tanduk yang hampir sama adalah buaya Kuba dan buaya Siamese. “Jantan menggunakan tanduk tersebut dalam musim kawin untuk menunjukkan diri,” jelas Brochu. “Sementara dengan merendam kepalanya di depan menunjukkan kekuatan menonjol tanduk mereka kepada para betina.” Ilmuwan menemukan sebuah bagian dari tengkorak dan tulang buaya di Olduvai Gorge di lembah Serengiti Tanzania pada tahun 2007. Riset sebelumnya berhasil menunjukkan berbagai fosil spesies manusia yang punah dan perkakas yang digunakan, menguatkan argumen bahwa keturunan manusia berasal dari Afrika. “Saya tidak bisa menjamin apakah buaya tersebut membunuh manusia tetapi yang pasti mereka menggigit manusia,” ujar Brochu. “Nenek moyang manusia harus berhati-hati jika dekat dengan air, karena sumber air di Olduvai Gorge pernah menjadi tempat yang sangat berbahaya.” Buaya memang telah lama menjadi predator manusia. Buaya yang berukuran sangat besar berpotensi mengkonsumsi nenek moyang manusia secara utuh, tanpa meninggalkan sisa sedikit pun. “Mungkin saja sebesar buaya sungai Nil modern, salah satu buaya hidup terbesar yang pernah ada dan berukuran 18 hingga 20 kaki,” tandas Brochu. “Manusia purba ukuran lebih kecil daripada manusia modern, jadi buaya tersebut secara relatif terlihat lebih besar.” Reputasi Buaya untuk menjadi fosil dan tidak akan berubah seiring dengan berjalannya waktu ternyata salah. “Jika meneliti kembali ke 10 atau 15 juta tahun lalu, maka ada lebih banyak spesies buaya yang pernah hidup dan asumsi umum bahwa ketika memasuki periode Quatenary, zaman es, keanekaragaman buaya menurun drastis. Fosil tersebut hanya bertahan selama periode Quaternary, jadi harapan diversifikasi buaya yang tersisa lebih tinggi daripada kenyataan yang ada,” ujar Brochu.[ito]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar